Satu minggu sudah setelah aku memasukkan formulir saat pendaftaran. Dan setiap hari pula aku memantau perkembangan peluangku masuk di sana. Sejauh ini aku merasa masih aman. Semoga aku bisa masuk di sana.
Hari pengumuman siswa yang diterima pun datang juga. Saat itu aku sedang mengurus STTB di smp bersama Ifah. Selesai mengurus kami pun berencana untuk ke SMA N 2 bersama. Dan saat itu aku belum boleh membawa motor, jadi aku dan Ifah berboncengan ke sana dengan menggunakan sepeda. Terik mentari tak urung membakar kulit kami. Tapi juga ikut membakar semangat kami.
Wuih….!!!! Ramenya!!! Banyak wali murid dan para calon siswa melihat berdesak-desakan melihat di papan pengumuman. Aku yang baru datang mencoba untuk maju melihat lebih jelas
Tubuhku terdesak. Karena begitu pengapnya, aku segera merangsek keluar dari kerumunan itu daripada aku terus di situ dan kehabisan nafas.
Tiba-tiba Ifah datang dan menubrukku! Melihatku, Ifah langsung meloncat histeris dan memelukku.
“Aku diterima! Aku diterima!” teriak Ifah begitu girang. Aku turut senang mendengarnya. Tapi bagaimana denganku? Aku bahkan tidak tahu diterima atau tidak.
“Shaf!!!!” Panggil Izza dengan panik. Ia teman smp ku dengan Ifah juga.
Aku menghampirinya segera. Izza, sebagai laki-laki ia pasti lebih betah untuk melihat pengumuman yang didesaki para pembaca itu. Dan aku berharap Ia juga melihat namaku. Tapi panggilannya yang panik tadi tak terasa telah mempengaruhi mentalku. Kenapa dia begitu panik”
“Ada apa? Namaku ada tidak?” tanyaku sudah sangat khawatir. Ifah pun ikut menggenggam tanganku. Izza menunjukkan raut wajah yang tidak sedap dipandang.
“Maaf Shaf…, aku nggak liat namamu…,” kata Izza lirih.
“Gak mungkin! NEM dia denganku saja lebih tinggi dia! Jangan bohong kamu Za…,” potong Ifah. Ifah tak percaya dengan ucapan Izza.
Aku yang mendengarnya sudah tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan aku pun tidak ingin mendengarkan kata-kata Izza lagi. Aku butuh sendiri. Aku pun beranjak pergi untuk pulang. Izza dan Ifah mengejarku, berusaha untuk menghibur.
“Hei!! Mau kemana kamu?” Tanya Izza.
“Sudahlah…, jangan menghiburku Za.., aku ingin sendiri,”
“Aku belum selesai bicara!!”
Aku hendak memotong perkataan Izza tetapi Izza tak peduli, Ia segera angkat bicara dan melanjutkan perkataannya.
“Aku nggak melihat namamu di sana, tapi aku melihat namamu di bagian 20 besar!” ucapnya sambil tersenyum lebar.
“IZZAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!” bukan aku yang berteriak. Tapi Ifah yang berada di belakang Izza tepat yang berteriak.
Sontak Izza membelalak karena kaget dan lebih kagetnya lagi karena melihat Ifah sudah membawa sepatunya. Izza segera ngacir, takut kalau sepatu itu nyangsang di kepalanya. Untuk sekarang aku membela Ifah karena memang Izza sungguh keterlaluan.
“Sudah ya…, Assalamu’alaikum!! Sampai jumpa di sekolah baru. Hahahha!” pamit Izza sambil berlari menghindar amukan Ifah.
“Wa’alaikumsalam!!” ucap kami bersama, ketus.
Aku menatap wajah Ifah dan tak sengaja pandangan kami bertemu.
“HAHAHAHAHAHAHA……!!!!”
Inilah calon sekolahku. Sekolah dengan sejuta warna dan asa. Tempat dimana aku akan menimba ilmu. Tempat yang akan menjadi istanaku. Istanaku di sekolah.
-THE END-
Alhamdulillah…, selesai juga ceritanya. Sekarang giliran teman-teman menentukan, apakah ini cerita fakta atau fiksi??? xixixixi
0 coretan:
Posting Komentar