Pages

Kamis, 18 Oktober 2012

'Menjadi Hidup' berkat listrik



Apa yang kamu rasakan jika listrik mati? Pertanyaan itu aku utarakan kepada beberapa temanku yang kebanyakan adalah mahasiswa.
Jawabannya pun bermacam-macam.
“Panas.. Kipas angin+AC juga nggak nyala. Tapi enak juga kalo pas hari Selasa, nggak perlu listening karena alatnya pada mati, hehehe.” Itu kata kawanku yang mengambil studi Bahasa Jepang.
“Biasa aja sih tapi gelap juga dan mati lampu itu buat laper -_-.“ Temanku yang belajar di Bahasa Arab mengatakan begitu.
Bagiku sendiri listrik sudah menjadi bagian dari hidupku yang tidak aku rasakan. Jika ada biasa saja jika tak ada biasanya mengumpat-ngumpat karena segala barang elektronik tak berfungsi tanpa listrik.
Sejak kecil aku sudah dimanja oleh listrik berbeda sekali dengan kehidupan orang tuaku yang saat itu belum ada listrik. Jaman belum ada listrik itu saat malam, gelap tentu saja, saat keluar harus membawa sentir atau yang murah blarak – daun kelapa yang sudah dikeringkan -- sebagai penerangan. Malam akan ramai ketika padang bulan atau bulan purnama karena pada moment itu suasana terang benderang dan tentu saja asyik jika untuk bermain. Itu kisah jaman ketika orang tuaku kecil yang belum ada program listrik masuk desa.
Sekarang kebutuhan listrik semakin meningkat. Konsumsi listrik pun juga tidak hanya dilakukan oleh pebisnis skala besar, skala kecil pun juga membutuhkan listrik seperti bisnis foto copy, bisnis perbengkelan, bisnis percetakan, dan masih banyak lagi. Karena banyak permintaan listrik maka beberapa tahun belakangan ini sering terjadi pemadaman secara berkala.
Paling kesal ketika hal itu terjadi, otomatis semua lini dalam hidupku yang membutuhkan listrik jadi terganggu dan tidak bisa melakukan apa-apa. Televisi mati, kulkas mati, tak bisa menyetrika, tak bisa mencuci, tak bisa mandi karena tak ada air, handphone yang lowbat juga tak bisa diisi. Wah.. sepertinya memang benar-benar mati gaya.
Kalau sudah begini biasanya yang aku salahkan PLN. Kenapa tega banget sih pake acara pemadaman segala?! Aku jadi nggak bisa apa-apa kaan..!! Tentu saja protes itu hanya sekedar umpatan dalam hati tak akan pernah sanggup aku mengutarakannya pada PLN karena pemadaman ini merupakan kebijakan yang PLN ambil untuk penghematan listrik agar semuanya bisa kebagian.
Sering terlintas dalam pikiranku. Mengapa PLN tidak segera mengganti pembangkit listrik migas dengan pembangkit listrik yang lain yang lebih bisa diperbaharui? Pertanyaan itu sudah juga dijawab dengan adanya berbagai penelitian PLN mengenai bahan pembangkit listrik alternatif lain. Seperti yang aku tahu adanya penelitian  Namun yang aku tahu masih belum ada realisasi yang benar-benar positif untuk dikerjakan. Semuanya masih sekedar penelitian, penemuan, tetapi belum diproduksi skala besar. Padahal jika itu bisa terlaksana maka berapa banyak bahan migas yang bisa dihemat, bahan migas memang bukan bahan yang bisa diperbaharui. Alangkah baiknya jika sebagian besar bahan pembangkit migas bisa digantikan oleh bahan lain yang bisa diperbaharui.
Ah ya! Ketika pemadaman terjadi ada satu hal positif yang sekarang ini jarang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia yang mulai antipati. Saat mati lampu rasanya masyarakat Indonesia seperti kembali ke jaman dahulu dengan tanpa penerangan, sehingga banyak orang yang memilih untuk keluar rumah sekedar saling menyapa antar tetangga dan bercengkrama di luar sambil menunggu listrik yang menyala. Anak-anak masih bisa berkejaran dan bermain menggunakan senter dan saling tembak menembak antar satu sama lain, ibu-ibu ngerumpi entah apa yang di bicarakan, bapak-bapak juga berkumpul. So sweet...
Seperti halnya di kosku kemarin, ketika mati lampu kami semua berkumpul. Kebetulan ada mangga di sana, dalam keremangan cahaya lilin kami berebutan mangga. Hahaha. Dan ketika listrik kembali menyala semuanya berteriak, Alhamdulillah....
Foto kedua kawan yang sedang main di kos saat mati lampu. Aku yang jadi fotografernya berasa jadi cover buku itu. Hihihi  
Kalau yang ini saat suasana berkumpul di kos ketika mati lampu setelah makan mangga, semuanya berantakan :D
Dalam hal ini aku merasakan betapa berharga listrik itu dan juga berjasa para pekerja PLN itu. Tanpa listrik Indonesia mungkin akan berubah menjadi tempo doeloe dimana listrik belum tenar seperti sekarang.
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan listrik yang dikuasai Jepang direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945, lalu diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas oleh Presiden Soekarno. Waktu itu kapasitas pembangkit tenaga listrik hanyalah sebesar 157,5 MW. http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Listrik_Negara
Luar biasa bukan perkembangan listrik hingga menjadi sekarang. Listrik kini sudah menyebar ke berbagai pelosok negeri juga membantu perekonomian bangsa Indonesia. Seperti yang sudah aku sebutkan di atas bahwa para bisnisman atau bisnisgirl pun juga membutuhkan listrik dalam mengelola industrinya.
Orang tuaku sendiri di rumah juga memiliki bisnis home industry pembuatan ice cream. Ketika membuat ice cream pun listrik sangat dibutuhkan untuk menjalankan mesinnya. Saat penyimpanan ice cream listrik juga dibutuhkan untuk menyalakan frezeer sehingga ice cream bisa tetap dalam kondisi beku. Saat terjadi pemadaman di rumah, kerugian yang dirasakan terasa sekali, karena ice cream yang seharusnya mengembang malah jadi bantat seperti halnya membuat roti yang gagal. Juga ice cream yang sebenarnya sudah membeku jadi mencair lalu memiliki cita rasa yang berbeda.
Ada satu status menarik yang aku temukan dalam status seorang teman di jejaring sosial, begini katanya.
Kurasakan kegelapan menyelimutiku di sepanjang jalan menuju istanaku. Entah apa gerangan yang terjadi. Apakah ini nyata, atau sekadar perasaan yang tak tentu, mencoba kulihat sekelilingku...dan kutemukan sebuah jawaban...”MATI LAMPU” PLN mana PLN.. Gelap tau gak jalannya..
Begitulah yang terjadi jika hidup tanpa listrik. Itu contoh kecil dari sekian ratusan bahkan ribuan contoh yang ada tentang listrik.
Sistem pembayaran PLN sekarang juga semakin maju, kalau dulu pelanggan harus membayar ke KUD yang letaknya cukup jauh dari rumah dan sesuai dengan jam kerja KUD sekarang pembayaran listrik bisa dilakukan lewat online atau melalui gerai rumahan yang membuka jasa layanan pembayaran listrik. Bahkan tetangga depan rumahku memiliki gerai tersebut jadi sangatlah mudah untuk membayar listrik. Apalagi sekarang listrik pun juga bisa dibayar melalui handphone yang banyak dimiliki oleh semua kalangan. Tentu saja itu menambah kemudahan dalam pembayaran rekening tagihan.
PLN memberikan jasa listrik kepada masyarakat terutama di Indonesia. Satu hal lagi yang menjadi harapanku, semoga para petugas PLN adalah petugas yang amanah sehingga mampu memberikan kontribusi terbaik dalam penyaluran listrik di Indonesia.
Indonesia nampak hidup dan bercahaya dengan adanya listrik. Untuk itu jangan kotori penggunaan listrik dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan Indonesia sendiri. Caiyoo dunia listrik Indonesia!! Terus tingkatkan kualitas dan perbaikan sarana prasarana dalam memberikan pelayanan pada para pelanggan.

1 coretan:

Anonim mengatakan...

In jacketing in ski clothing that can be used in all types of weather [url=http://www.northfaceclearancecheap.com/]north face jackets cheap[/url] but is not cheap north face outlet, so as to not go near the [url=http://www.vipnorthfacejacket.com/womens-north-face-apex-bionic-jackets-c-1_9_11.html]cheap north face[/url] Even now another just down jackets, men and women that could heat, my partner and that http://www.northfaceoutletsm.com/#r070

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...