Pages

Kamis, 29 April 2010

[SINOPSISFILM] Song of the Sun (Taiyō no Uta)

Kaoru berjalan kembali pulang ke rumah. Ia berjalan melewati jembatan, langkahnya terhenti melihat bangku yang diduduki setiap paginya oleh pemuda yang disukainya.



Ia menghampiri bangku itu, gitarnya ia taruh di samping bangku lalu ia duduk. Tangannya mengusap bangku bekas diduduki pemuda, kemudian Ia berbaring. Saat berbaring, Kaoru melihat palang yang biasanya menutupi pandangannya, Ia lalu memindahkan palang tersebut. Selesai memindahkan, Kaoru duduk dan melihat kamarnya yang ada di atas, Ia tersenyum karena palang itu sudah tidak menghalangi pandangannya lagi.



Pukul 4 a.m, jam beker berdering dengan nyaring. Seorang pemuda bangun sambil masih tampak mengantuk. Setelah berganti pakaian, ia membawa ranselnya dan mengambil papan selancar.



Kaoru tersenyum melihat lelaki yang disukainya duduk di bangku seperti biasanya. Pemuda itu sedang menunggu temannya, ketika ia sadar bahwa palang lalu lintas telah berubah tempat. Ia memandang bingung palang itu. (hahaha…)



Ibu dan ayah sedang menyiapkan barang dagangnya untuk dijual di toko mereka.
“Aku pergi dulu!” kata ayah. Ketika Ia sedang berjalan keluar, seseorang masuk. “Hei! Hei! Hei!” Ayah mengangkat kakinya menghalangi perempuan itu masuk.
“Ah! Paman!?” Rupanya dia teman Kaoru, namanya Misaki.
“Kau bolos lagi kan?”
Ia tidak menghiraukan pertanyaan ayah Kaoru, “Paman, Dimana Kaoru?”
“Dia pergi tidur. Jika kamu membangunkan dia sekarang, dia akan membunuhmu!”
“Jika aku yang bangunkan dia, tidak apa.”
Ayah Kaoru mengangguk. “Baiklah, jika begitu silahkan”



Misaki hendak menuju kamar Kaoru, tetapi perhatiannya terhenti. Sambil memandang sebuah baju berwarna biru. “Bibi membuat baju yang baru lagi?”
“Ya, karena yang tua sudah terlalu kecil.” Jawab Ibu dari dapur.
“Wow! Seperti yang diharapkan,” kata Misaki sambil memegangi lengan baju itu.
“Kurasa sebaiknya jangan menyentuhnya, Kaoru akan mengetahuinya!” Ibu kemudian pergi sambil membawa barang yang akan dijual menyusul suaminya. Tetapi Ia berbalik dan berkata pada Misaki, “Misaki-chan, aku tidak ingin mengatakan ini tetapi…, jangan membinasakan barang dalam lemari es.”
Misaki tersenyum, “Aku mengerti!” (hahaha…., doyan makan dia). Misaki lalu naik ke atas menuju kamar Kaoru.


Pemuda itu sedang berselancar. Dua temannya sedang duduk dan memperhatikan di atas tebing.
Si A (aku sebut si A cz belum tau namanya), “Sulit temukan orang yang bahkan tidak bisa mendaki ke sana, kan?” Si B menjawab, “Tiada cara lain karena dia terus katakana dia suka surfing tapi lumayan manis juga kan?
Si A menyadari sesuatu yang janggal, Ia menatap langit dengan agak kebingungan, “Hei bukannya ini terbit terlalu siang?”
Si B ikut menatap langit, dan terkejut saat melihat jam tangannya, “Hei! Sudah jam 10!”
“Tidak mungkin!” mereka kemudian segera beranjak panik.
“Kouji! Keluar cepat! Kamu akan terlambat!”
(Pemuda itu namanya Kouji) “Apa?” Kouji masih berjuang dengan papan selancarnya.
Kouji dan kedua temannya memacu dengan kencang sepeda motor mereka.



Rumah makan Kaoru terlihat ramai.
“Ya, aku mengerti. Tunggu sebentar lagi,” kata Ibu Kaoru kepada pelanggannya. “Alaria dan Salad Ikan sarden dan Pizza Margarita.” Ibu mengatakan pesanannya pada ayah. Ayah memberikan pesanan pada Ibu dan Ibu mengantarkannya pada pelanggan, “Ini maaf membuatmu menunggu”



Kaoru cemberut melihat tanda bus stop dipindahkan oleh sopir bus ke tempat semula.
Misaki datang “Hei! Apa yang kamu lihat”
Kaoru berkilah tidak ada apa-apa.
Malam telah tiba, bulan bersinar sebagian Kaoru dan Misaki bersepeda melewati Jalan Yamacho.




Kaoru mulai menyanyi lagi di tempat biasanya. Dan Misaki mendengarkan dengan seksama. Kaoru tiba-tiba menghentikan nyanyiannya. Misaki melihat ada seorang pemuda yang membuat perhatian Kaoru teralih. Kaoru menatap pemuda itu takjub.
“Kenalanmu?” Tanya Misaki. Kaoru memberikan gitarnya pada Misaki dan Ia segera berlari mengejar pemuda itu.
“Hei! Kamu mau kemana?”
Kaoru berlari menuju terowongan, diujung terowongan Ia berhenti untuk mengambil nafas dan berlari lagi. Ia terus berlari mencari Kouji. Saat dipersimpangan Ia tetap lurus mencari jalan, tapi Ia kemudian mundur kembali karena Kouji berada di persimpangan kiri sedang menunggu kereta lewat.
Kouji terlihat begitu mengantuk. Setelah kereta lewat, palang pintu dibuka kembali. Kaoru masih mengejar Kouji yang hendak berjalan lagi. Tiba-tiba Kaoru menabrak Kouji dari belakang.


page2 page3

Minggu, 25 April 2010

[SINOPSISFILM] Song of the Sun (Taiyo no Uta)


Kaoru sedang memandangi lingkungan rumah dari kamarnya yang ada di atas. Matahari mulai menampakkan sinarnya, ia tersenyum memandang dari balik kaca kamarnya, matahari yang akan muncul. Tampak Ia sedang menunggu seseorang.

Sebuah motor mengalihkan pandangannya. Ia melihat seorang pemuda yang mengendarai membawa papan selancar. Pemuda itu menghentikan motornya di dekat mesin minuman.
Kaoru memandangi pemuda tersebut dengan kagum. Setelah pemuda itu membeli minuman dan dia duduk di sebuah bangku biru dekat mesin minuman. Wajahnya terhalang oleh palang tanda lalu lintas. Kaoru mencoba untuk mencari celah agar dapat memandang pemuda itu.
Tak lama kemudian datang dua buah motor yang mendatangi pemuda tersebut. Sepertinya mereka teman pemuda itu. Pemuda itu memukulkan kepala masing-masing temannya (mungkin konsekuensi karena terlambat datang). Mereka kemudian menyalakan motor dan berlalu sambil membawa barang bawaan yang sama, papan selancar.
Kaoru di seberang jalan kemudian menutup jendelanya dan membiarkan matahari yang mulai tampak seluruh badannya. Ia kemudian beranjak ke kasur, Ia berpikir sebentar lalu menyelimuti dirinya kemudian tidur.



Siang hari orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitasnya. Kereta sibuk menghantarkan para manusia. Laut pun ramai dengan para peselancar. Waktu terus berjalan dan matahari kemudian tenggelam dan malam mulai muncul.
Kaoru terbangun dari tidurnya, Ia kemudian membuka jendela yang telah menampakkan pemandangan gelap di luar sana. Kaoru lalu turun dari kamarnya. Ayah Kaoru sedang memotong kuku dan Ibu Kaoru sedang menyiapkan makan malam.
Kaoru mengambil lotion dari meja di samping ayahnya kemudian mengoleskannya di wajah dan tangan. Ibunya sedang menyiapkan makan malam.
“Kamu malam ini pergi juga?” Tanya Ibu sambil membawa makanan ke meja makan
“Ya!” jawab Kaoru singkat sambil tetap mengoleskan lotion.
“Tiap malam, itulah yang kamu lakukan. Membuat lagukan?” kali ini Ayah yang berbicara. Kaoru mengangguk. “Tiada artinya kan?”
“Bukan masalah”
Ayah beranjak dari kursinya menuju meja makan, “Tiada pilihan. Karena hari ini adalah hari liburku. Bu, aku akan pergi melihatnya”
Kaoru memandang tajam ayahnya. “Akan kubunuh jika kau datang!”
Ayahnya menatap Kaoru dan mengangguk pasrah. Ibu menaruh makanan lagi di meja makan (berapa banyak sih makanannya?). Mereka kemudian duduk di meja makan
Ibu : Kau tahu kapan matahari terbit kan?
Kaoru : Yah
Ibu : Jangan bilang ya saja
Kaoru : 4.40 am
Ibu : Karena sudah begitu pastikan kau pulang sebelum jam 4
Kaoru : Aku mengerti
Ibu : Jangan pergi terlalu jauh
Kaoru : Yah . Yah
Ayahnya menuangkan teh di gelas Kaoru
Kaoru : Terima kasih untuk makanannya
Ibu : Silahkan

Selesai makan, Kaoru berjalan keluar sambil membawa gitarnya. Ia menyeberangi rel kereta kemudian berhenti di sebuah tempat. Puntung rokok berserakan di tanah sebelum duduk Ia terlebih dahulu menyingkirkannya.


Sebuah mobil polisi datang dan berhenti. Dari kejauhan, dua polisi yang sedang berpatroli itu memperhatikan Kaoru.
“Bagaimanapun kau melihatnya, dia di bawah umur” kata polisi yang lebih muda. “Pada waktu seperti ini, apakah dia tersesat?” Polisi muda itu hendak melepaskan sabuk pengamannya.
“Tidak apa-apa, kau tidak perlu mencemaskan gadis itu,” kata polisi yang lebih tua. “Orang tuanya sudah mengatakan sebelumnya”
“Mengatakan apa?”
Polisi tua itu menghadapkan wajahnya ke jalan. “Bagaimana mengatakannya…, XP adalah sejenis alergi. Penderitanya akan mati jika mereka terkena sinar matahari”
Polisi muda menatap polisi tua dengan heran. Kemudian polisi tua itu mengalihkan pandangannya ke arah Kaoru sambil berkata, “Itu adalah mengapa dia hanya dapat keluar malam hari”

Selesai membersihkan, Kaoru duduk dan mengambil gitarnya lalu Ia menyalakan korek dan menaruh apinya di sebuah tempat lilin (tempat lilinnya bagus deh..) lalu ia menyanyi. (benar-benar nyanyian sepenuh hati). Sebuah lagu untuk matahari.
characters page2

Rabu, 14 April 2010

Lomba Smaga

Alhamdulillah…, tanggal 11 April 2010. Tim nasyid Rohis berhasil menyabet juara 2 lomba nasyid yang di selenggarakan oleh Rohis SMAN 3 Semarang.
Acara yang bernama IFEST singkatan dari Islamic Festival. Di selenggarakan di halaman Balai Kota Semarang. Dengan konsep lomba antar SMA-sederajat. Berbagai perlombaan dilaksanakan pada saat itu. Ada lomba puisi, cerpen, rebana, dan nasyid. Juga ada penampilan Awan Voice yang dulu juga pernah diundang di smanda saat kegiatan MOCHA, masih inget kan? (Sayang aku nggak liat penampilan mereka, coz keburu disuru pulang. Hiks .. hiks…
Rohis SMA N 2 Semarang mengirimkan delegasi di 3 cabang lomba yaitu puisi, cerpen, dan nasyid.
Nah…, kebetulan ada temen yang kemarin iseng buat video saat mereka tampil. Biar amatir yang penting tetep jelas dech.. (peace buat yg ngrekam {fat panda.12.gif}). Tapi sampai sekarang entah kemana videonya.. hiks . hiks . nggak bisa upload .






Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...