Pages

Jumat, 22 Juni 2012

[PUISI] Kagum

Ijinkan aku mengaguminya di kejauhan

Tetiba ingat sosoknya dahulu

Biasa, sederhana, berkarisma


Sekali lagi aku diijinkan mengenalnya

Sosoknya masih saja sederhana

Namun kini ia luar biasa

Dedikasi besarnya

Sangat berguna

Dunianya berjaya dalam keberhargaan

Ia luar biasa


Daya juangnya mengingatkanku pada khalid bin walid

Kesederhanaannya membuka memoriku pada utsman bin affan

Mimpinya menghantarku  pada zaid bin haritsah

Kecerdasannya tak urung ku kagumi jua


Dimataku ia kini luar biasa

Walau aku tahu ia masih merasa belum apa-apa

Tapi dimataku dia tlah memiliki aura

Aura mengagumkan yang hanya ingin aku baca

Ijinkan aku mengaguminya dari kejauhan


Published with Blogger-droid v2.0.4

Kamis, 21 Juni 2012

[CERBUNG] Takdir Abal-Abal Episode 9

             Semua yang ada di situ adalah makanan pedas. Sambal, pare, daun singkong, bahkan lauknya pun telur pedas. Aku benar-benar lemas melihat menu itu. Rasanya ingin menangis membayangkan aku memakan itu semua. Tapi kalau tidak dimakan aku nggak enak dengan Mbak Ita yang dengan baik hati membelikanku.
            Sasa menatapku kasian. Sejak kecil aku memang paling anti dengan makanan pedas. Apalagi sambal, aku paling menghindari itu. Padahal orang Jawa notabene menyukai masakan pedas, entah aku tidak. Mungkin aku bukan Jawa tulen. Haha
            Mbak Ita menatap ekspresiku yang kesakitan, “Kenapa dek? Nggak suka sama lauknya ya?”
            Aku hanya bisa tersenyum pasrah dan mencoba melahap makanan itu. Sasa memalingkan muka melihat wajah minta tolongku. Ia juga tidak berani bilang kalau aku nggak suka makanan pedas.
            Makanan ini benar-benar membakar lidahku. Satu suapan saja sudah membuat seluruh mulutku berteriak panas. Untung Sasa cekatan mengambilkanku air minum. Aku memakan suap demi suap sambil dipandangi oleh Mbak Ita yang tersenyum tulus karena pikirnya makanan itu adalah yang kusuka.
            Keringatku banjir membasahi bajuku yang kupakai sejak pagi. Sudah gitu aku juga belum mandi. Menambah sedap aroma tubuhku. Mataku berair menahan rasa pedas dan ketakberdayaanku untuk menolak makanan itu
            Mbak Ita menatapku dengan pandangan heran. Sasa langsung menjelaskan pada Mbak Ita, “Dia itu kepedesan mbak, makanya sampai nangis gitu.”
            Aku sudah tak kuat lagi. Kubawa makanan itu ke belakang dan aku langsung mengambil air minum satu gelas penuh. Mbak Ita dan Sasa terkejut melihat tindakanku. Sasa buru-buru menjelaskan, “Opi itu pemalu mbak, makanya Ia langsung ke belakang biar nggak kelihatan banyak orang kalau dia menangis.”
            Mbak Ita ber’ooo’ ria. Ia memahami penjelasan Sasa dan tidak berusaha menyusulku. Sasa malah yang sekarang berdiri dan menghampiriku.
            “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya khawatir.
            “Gila Sa! Sumpah ya ini makanan pedes banget! Nggak kuat aku makannya! Udah aku buang sekarang! Gila! Bener-bener Gila!” umpatku.
            “Husy! Jangan mencela makanan gitu. Pamali tahu. Lagipula itu kan pemberian Mbak Ita yang perhatian sama kamu karena kamu belum makan, sekarang malah di buang”
            “Ya ampun Sa! Tahu sendiri aku nggak doyan makanan pedes, apalagi ini ada sambalnya juga. Bisa mati berdiri aku!” Aku mengipasi mulutku yang masih terasa panas terbakar. Air minum di sampingku sudah kandas dari tadi, air di galon pun juga sudah habis. Makin membara saja ini mulutku tak ada air.
            Sasa tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Aku makin kesal melihat tingkahnya.
            “Ini anak! Kok malah ketawa sih?!”
            “Kamu percaya yang namanya kuwalat nggak? Mungkin ini balasan dari Allah karena hari ini kamu udah ngerjain aku sama Mas Salim, hahaha” Sasa langsung lari menghindar melihatku sudah mengacungkan tangan hendak menjitaknya.
            Mbak Ita melihat Sasa dengan heran, “Kamu kenapa Sa? Dateng dari belakang kok ketawa lebar gitu?”
            Sasa masih tertawa tak tertahan, “Itu si Opi konyol mbak, hahaha.” Sasa langsung pergi ke kamar tanpa bermaksud menjelaskan, meninggalkan orang-orang di ruang TV yang bertanya-tanya.
            Paginya terjadi kehebohan di kamar mandi. “Piiii!! Cepetan doong!! Nanti kita telat!!” teriak Dina sambil menggedor pintu kamar mandi.
            “Bentar Din! Masih mules nih..,” jawabku sambil menahan rasa sakit di perut. Dina menggerutu tak jelas dan tetap menyuruhku untuk segera.
            Aku keluar dari kamar mandi dengan lunglai sambil memegangi perut. Dina menatapku kasihan tapi Ia tak bisa membantuku karena Ia juga harus mandi agar tidak terlambat upacara 17 Agustus.
            Sasa menghampiriku di dalam kamar. “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya khawatir. Aku hanya menggeleng lemah. Gara-gara makanan semalam sekarang aku harus merasakan sakit perut yang luar biasa. Disertai diare pula. Aduuuh. “Nggak usah berangkat dulu aja gimana? Lagian tempat upacaranya juga jauh,” saran Sasa.
            “Aku nggak apa-apa kok Sa, ini kan hari kedua kita kuliah. Kalau aku udah nggak masuk. Apa kata dunia!” kataku mencoba tabah.
            Sasa tersenyum dan mengangguk. “Ya sudah kalau gitu. Kamu buruan siap-siap gih. Kita kan kumpul di FBS dulu sebelum berangkat ke lapangan upacara.”
            Aku mengganti pakaianku dengan baju hitam putih ala guru PPL. Tak lupa mengenakan ikat pinggang dan menyiapkan kaos kaki putih. Perutku sudah mulai bersahabat lagi. Aku pun dengan riang gembira bersegera berangkat.Sasa dan yang lainnya sudah menungguku di belakang. Aku keluar kos dan mengenakan sepatuku.
            Tapi tiba-tiba aku berlari masuk ke kos, “Tunggu sebentar!” teriakku dari dalam. Semua orang heran melihat tingkahku dan serempak melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 06.00.

Selasa, 19 Juni 2012

[INFO] Lomba Menulis Travelstory "The Beauty of Indonesia"


Senang traveling? Jangan biarkan pengalaman travelingmu hanya tersimpan dalam album foto! Ikutilah Lomba Menulis Travelstory “The Beauty of Indonesia”, dan biarkan seluruh dunia mengetahui keindahan alam Indonesia...

Ketentuan lomba:

Senin, 18 Juni 2012

[INFO] Sayembara Menulis Kisah Sejati



Deadline :: 27 Juli 2012


Hidup merupakan rangkaian hikmah yang terserak. Pahit-manis, pasang-surut, kelabu dan berwarnanya perjalanan hidup kita terkadang mampu menginspirasi orang lain untuk bersemangat menjalani hari. Maka, tuangkanlah sepenggal episode hidupmu dalam sebuah torehan Kisah Sejati...

Jumat, 15 Juni 2012

[CERBUNG] Takdir Abal-Abal Episode 8

http://sirkulasijalanlangit.files.wordpress.com/2010/10/takdir-kecil.jpg?w=548
            Aku berjalan cepat meninggalkan Sasa yang terhuyung-huyung mengikutiku. kami berjalan pulang menuju kos. Aku masih mengingat kejadian menyebalkan tadi. Bagaimana bisa aku dan Sasa yang harus minta maaf, toh mereka tidak melakukan sesuatu yang buruk. Hanya bermain di kamera CCTV yang semua orang bisa melakukannya.
            “Sudahlah Pi, tadi kan Mas Salim juga sudah minta maaf sama kita. Dia kan hanya menjalankan tugasnya, kita juga nggak boleh mengintimidasinya seperti itu. Meminta maaf lebih dulu bukan berarti kita kalah. Lagipula ini juga bukan kompetisi,” kata Sasa mencoba menenangkanku. Nafasnya terengah-engah karena mengikuti cara jalanku yang cepat.
            Tiba-tiba aku menghentikan langkahku sehingga Sasa yang berada di belakangku tak kuasa berhenti. Kami bertubrukan di jalan.
            “Iiiih!! Apa-apaan sih kamu main nubruk-nubruk aja!” kataku marah.
            “Kamu sendiri yang pake acara berhenti sgala!” kata Sasa tidak terima.
            “Eh.. eh tapi tadi aku keren kaaan??”
            “Apanya?!” tanya Sasa masih kesal.
            “Akting galakku di depan Mas Salim…” jawabku dengan cengiran usil.
            “Jadi itu semua… kamu marah-marah sama dia… semua itu akting?”

Rabu, 13 Juni 2012

[PUISI] Pahit

Semua itu kenangan

Taruhlah pada bejana angan

Menghilang

Melayang

Melambai dlm malam kelam

Lepaskan

Perlahan

Semua sirna dlm buaian


Published with Blogger-droid v2.0.4

[KLMK] Edisi Sobek

Aku suka dengan roti sobek. Apalagi roti buatan w****r yg memang sudah terkenal kelezatannya di seantero Semarang. Sambil makan roti sobek aku keluar rumah hendak bermain bersama teman-temanku.
Saat itu jaman perburuan buah kersen. Buah merah dengan tekstur imut dan sangat lezat untuk disantap dalam perut keroncongan. Roti sobek milikku sudah ludes kulumat. Dan kini aku ikut teman-teman melakukan perburuan kersen.
"Hei! Di sana buahnya lebat!" teriak Riyan sambil menunjuk sebuah rumah kosong yang terletak di samping sawah dekat dengan SDku.
Kami berbondong-bondong menuju rumah kosong itu. Aku menelan ludah melihat rumah apa itu.
Sebuah rumah yg cukup megah di masa tahun 2000. Memiliki 2 lantai dengan balkon di atasnya. Kalau rumah itu dirawat sebenarnya akan menjadi hunian yang indah dan menjadi idaman. Sayang penghuninya memutuskan untuk tidak tinggal ditempat itu. Entah mengapa. Tapi bukan itu yg membuatku bergidik takut.
Di bagian atas pagar rumah itu, ada sebuah hiasan botol yg sedikit mirip dengan botol tempat tinggal jin di film Jin dan Jun. Konon kabarnya itu adalah tempat tinggal jin juga. Untungnya pohon kersen itu ada di ujung bagian depan rumah, jadi kami tak perlu berdekatan dengan pintu gerbang.
Mas Danar mengawali naik melewati pagar yang membatasi halaman dengan jalan. Diikuti Mas Nur dan kemudian Riyan. Para anak perempuan hanya menunggu di luar pagar karena kami tidak berani melewati pagar yang cukup runcing walaupun tidak terlalu tinggi. Sambil menunggu kami menyoraki mereka layaknya suporter sepak bola dan berbisik-bisik menunjukkan buah yang ingin dipetik pada tiga anak laki-laki itu. Kami tak berani berteriak karena kabarnya itu akan mengganggu jin yang beristirahat di sana.
"Itu buahnya udah mateng Yan!" tunjukku pada sebuah buah kersen yg sudah merah. Riyan melihat buah yang kutunjuk lalu berusaha mengambilkannya. Mas Danar dan Mas Nur sudah mendapat buah yang banyak. Riyan juga sudah lumayan. Mereka akhirnya memutuskan untuk menyudahi perburuan itu.
Mereka dengan santai turun dari pohon tanpa takut kepergok pemilik rumah. Aku dan Dina menunggu dengan riang gembira. Membayangkan setelah mereka melompati pagar runcing itu kami juga akan bisa mencicipi buah lezat itu.
Mas Danar menaiki pagar itu duluan disusul Mas Nur dan kemudian Riyan.
Kreeeek!! Tiba-tiba terdengar suara sobek di atas pagar. Kami melihat Riyan masih bertahan di atas pagar dengan muka pucat. Mas Danar langsung membantu Riyan turun sambil memegangi tangannya. Riyan tampak kesal sekaligus malu sambil menutupi pantatnya. Ia kemudian langsung lari meninggalkan kami yang terheran-heran.
Tapi tunggu dulu.., aku melihat sesuatu pada celana Riyan. Sebuah lubang besar menganga lebar di celana pendeknya di bagian belakang. Bwahahahaha… kami semua tertawa terbahak-bahak.
Rupanya celana Riyan tadi tersangkut di pagar runcing itu. Dia memakai celana pantai yang memang sangat longgar dan juga terbuat dari kain yang tipis. Pantas saja mudah sobek. Hahahaha

Selasa, 12 Juni 2012

[PUISI] Sad

Aku sedih melihatnya menangis

Aku sedih menatapnya kesakitan

Aku sedih mendengarnya tersedu

Aku sedih mendapatinya tertidur tak berdaya


Aku sedih benar-benar sedih

Inginku membelai dan menghiburnya


Ia kini terpuruk dalam kesendirian aku sedih

Tak bisakah aku saja?

Tak bisakah ia berbagi padaku juga?

Aku sedih

Benar-benar sedih


Published with Blogger-droid v2.0.4

Sabtu, 09 Juni 2012

[STORY] Happy bornday to Me

 
 ini yg ngedit cumi. wah kemajuan udah bisa ngedit foto. wkwkwk

Happy bornday to me

Wkwkwk.., pede banget ngucapin buat diri sendiri.

Mulai hari ini menginjak masa yang lebih tua. Aaaaa!!! *ini postingannya telat sehari, harusnya kemarin dunk!
Usiaku didunia ini sudah berkurang walaupun umurku bertambah

Harapanku dan semua orang yang bertambah usianya adalah bisa menyikapi segala sesuatu dengan dewasa dan bijaksana

Tapi.. flashback dulu tahun-tahun sebelum usiaku nambah.
Ada yang berbeda saat aku berada di penghujung kepala satu. Hidupku benar-benar dimulai diakhir kepala satu. *berarti selama ini aku nggak hidup ya? haha

Di usia ini rahasia Allah satu per satu mulai terkuak.
Dari jurusanku yang tidak aku perkirakan sebelum, teman-teman yang unik dan cerdas, dosen yang memiliki pemikiran luas, organisasi yang menuntut tenaga ekstra, sampai vonis dokter yang luar biasa.
Di akhir penghujung 2011, Allah memberiku hadiah yang tak disangka-sangka.
Vonis LuppiE
ini foto ooppie wktu di rumah sakit. semoga itu yang terakhir kalinya. amin

Bolak balik masuk rumah sakit, alergi obat, gonta-ganti dokter, rambut rontok, muka parut, infeksi, kejang, kaki mati rasa, dll
Hahaha
Suruh ngapain juga itu

Yang terpenting adalah semua itu karunia Allah yang tak ternilai harganya. Pasti akan ada hadiah terbaik lagi atas semua ini.



Thanks for all my friend .. yg udah kasih ucapan, doa, dan juga kado.

Jazakillah atas semuanya. :)
Oke!
Happy bornday to me
And say goodbye to 'onehead' and welcome to 'twohead'

KEEP SPIRIT!! ALLAHUAKBAR!!

Sabtu, 02 Juni 2012

Suratku untukmu Kawan


Semangat Pagi!!! Aku tak tahu harus berkata apa dan mulai darimana. Awal aku berkecimpung di dalam PBA, aku shock dan tak tahu apa-apa. Buatku Bahasa Arab itu pelajaran ke-2 tersusah dan tak kusukai di masa SMP setelah tahfidz. Tapi ternyata aku harus menikmati lagi pemandangan huruf alif, ba, ta, tsa, dst. dalam berbagai mata kuliahku.

Belum lagi, seperti ada 'pujian' dari masyarakat mengenai hal ini.
"Kuliah dimana?"
"Unnes"
"Jurusan apa?"
"Pendidikan Bahasa Arab."
Mereka langsung menjentikkan alisnya dan memandang sebelah mata. Tak ada pertanyaan antusias lagi dan hanya mengeluarkan ucapan O. Tak jarang bahkan ada yang dengan sinis berucap, "Kenapa nggak di IAIN aja kalau mau ambil Bahasa Arab? Kan yang sudah JELAS!"


sudah JELAS?
Apakah almamater menjamin sebuah kejelasan dalam masa depan?
Setiap orang memiliki kualitas dan kualifikasi sendiri dalam menjalani hidup. Seperti juga dengan kami anak PBA Unnes.

Guys... Akhi... Ukhti...
Hampir satu tahun kita bersama mengarungi lika-liku aral yang melintang. Khusus unttukku belum sampai 7 bulan.
Kita menjalani perkuliahan yang membosankan dengan tugas-tugas yang menjemukan. Apakah itu yang kalian rasakan?
Banyak keluhan bahkan banyak umpatan menyebalkan karena telah menjalani hari yang telah menjalani hari yang telah menyusahkan

Tapi tahukah kau guys?
Banyak hal yang aku bisa jadikan kebanggaan pada kalian.
Aku merasakan sebuah persaudaraan
Memang kita memiliki pemikiran beragam dan terkadang bertentangan. Asal kita pun berbeda-beda dengan budaya yang bertolak belakang

Tapi apa yang menjadikan kita satu?
Tentu saja PBA
Kita saling mengenal karena PBA
Kita jadi tahu hukum Arab juga karena PBA

Masihkah timbul penyesalan di hati kalian?
Jujur aku ingin berkata ya!
Pikiranku masih dipenuhi dengan jurusan Bahasa Inggris
Bahkan aku sempat berpikir untuk pindah jurusan
Tak apa untuk kawanku yang memang benar-benar ingin mencapai asa kalian bukan di PBA. Aku doakan semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kalian.

Tapi bagaimana untukku dan untuk kawan semua yang masih harus berkutat dengan PBA? Bagaimana harus melakukannya?
Aku bukan seorang yang pandai dalam mengolah kalimat Bahasa Arab
Aku hanya punya TEKAD dan SEMANGAT serta USAHA yang harus perjuangkan.
Ya! Aku berusaha untuk menyukai apa yang telah menjadi jalanku sekarang ini

Apakah ini terkesan memaksa?
Tentu saja iya. Tetapi kita memang harus memaksakan diri untuk hal-hal kebaikan.

Kawan...
Aku percaya kalian akan selalu riang
Aku percaya kalian akan tetap bahagia
Aku percaya kalian memiliki daya juang
Aku percaya kalian akan saling menguatkan

Genggam erat tangan ini. Bersama kita berjuang dalam harapan untuk mencapai kemenangan!
Tetaplah semangat!
Teatplah berjuang!
Innallaha ma'ana
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...