Ini nih prestasi para kakak kelasku yang udah berhasil menaklukkan Gunung Elbrus di Rusia.
Walaupun ooppie nggak kenal ama mereka, tapi cukup berbangga juga atas prestasi yang telah ditorehkan. Saat itu juga para mahasiswa baru termasuk Ooppie sedang melakukan upacara bendera di lapangan FIK.
SETELAH menerjang badai, hampir terperosok jurang salju, dan didera mount sickness, tiga pecinta alam dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) berhasil mencapai puncak Gunung Elbrus Rusia untuk menuntaskan misinya.
Para pendaki yang terdiri atas Manik Maya Waskitojati (24), Ma’rifah (20), dan Miftakhul Ulum (20) menghadapi banyak kejadian menegangkan selama perjalanan melewati tiga titik pemberhentian. Pemberhentian pertama adalah First Base Camp yang terletak 2.250 di atas permukaan laut (dpl), North Camp (3.800 dpl), dan Len’z Rock (4600 dpl).
Miftakhul Ulum, mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, hampir saja terperosok jurang salju.
‘’Saat itu perjalanan kami sudah sampai Len’z Rock di ketinggian 4.600 dpl dan diperkirakan tidak mungkin ada kubangan crevase. Tapi ternyata saat mendaki, kaki kanan saya terperosok. Bahkan termos air yang saya pegang lepas masuk jurang itu, yang ternyata begitu dalam,’’ tuturnya.
Len’z Rock, di ketinggian 4.600 dpl yang mereka lewati, memang medan terberat. Tidak hanya Ulum yang hampir terperosok ke jurang salju. Di titik ini, badai salju menghentikan perjalanan mereka untuk sementara. Tiga serangkai itu harus bermalam di Len’z Rock hingga badai salju mereda.
‘’Badai yang datang sekitar pukul 14.00 membuat kami berhenti dan tidak bisa melanjutkan pendakian. Jika perjalanan diteruskan akan berbahaya. Di titik pemberhentian itu, kami harus membangun tenda di balik batu dan di atas dataran es. Dinginnya tidak ketulungan, saya hampir mount sickness,” kata Manik Maya.
Mount Sickness
Mount sickness biasa dialami para pendaki gunung. Gejala yang dirasakan, yakni kepala pusing serta mual-mual karena minimnya oksigen di dalam otak. Untunglah mereka dapat mengatasi gangguan tersebut. Sebelum berangkat, pembimbing pendakian memberikan latihan dengan lari 100 meter dalam waktu 15 detik dan diulang 15 kali.
Satu-satunya perempuan pendaki dalam tim tersebut, Ma’rifah mengaku, setelah mengalami mount sickness baru dia menyadari rasanya seperti saat melakukan latihan lari itu.
‘’Ketika habis lari kepala rasanya puyeng, tapi ternyata gejala itu timbul saat mount sickness. Untungnya kami sering latihan lari sehingga berhasil mengatasinya. Solusi agar mount sickness hilang yakni harus turun ke bawah lagi, sedangkan situasi kan tidak mungkin untuk kami kembali dari awal,’’ jelas mahasiswa Jurusan Geografi ini.
Dari ekspedisi tersebut, yang menarik adalah ketika mereka melihat hujan es. Itu pengalaman pertama. Manik menuturkan, saat melihat hujan es dirinya senang. Selama ini, dia hanya melihat kejadian itu di televisi. Namun, hujan es adalah badai salju yang membahayakan.
‘’Kalau tidak diperingatkan oleh guide (pemandu), kami tidak tahu itu berbahaya karena hujan es sesuatu yang baru bagi kami,’’ ujar mahasiswa Jurusan Geografi ini.
Akhirnya, perjalanan dan perjuangan mereka selama hampir seminggu mendaki ke Puncak Elbrus berhasil. Di bawah suhu minus dua derajat celcius, ketinggian 5.642 meter dpl itu mereka taklukkan. Sang Merah Putih bersama bendera Unnes dan Mahapala ditancapkan di puncak Elbrus, tepat pada tanggal 17 Agustus. (Anggun Puspita-43)
source :: Suaramerdeka edisi 8 September 2011
videonya bisa di cek DISINI
atau bisa langsung dilihat
0 coretan:
Posting Komentar