Aku suka dengan roti sobek.
Apalagi roti buatan w****r yg memang sudah terkenal kelezatannya di seantero Semarang.
Sambil makan roti sobek aku keluar rumah hendak bermain bersama teman-temanku.
Saat itu jaman perburuan buah
kersen. Buah merah dengan tekstur imut dan sangat lezat untuk disantap dalam
perut keroncongan. Roti sobek milikku sudah ludes kulumat. Dan kini aku ikut
teman-teman melakukan perburuan kersen.
"Hei! Di sana buahnya
lebat!" teriak Riyan sambil menunjuk sebuah rumah kosong yang terletak di
samping sawah dekat dengan SDku.
Kami berbondong-bondong menuju rumah kosong itu. Aku menelan
ludah melihat rumah apa itu.
Sebuah rumah yg cukup megah di masa tahun 2000. Memiliki 2
lantai dengan balkon di atasnya. Kalau rumah itu dirawat sebenarnya akan
menjadi hunian yang indah dan menjadi idaman. Sayang penghuninya memutuskan
untuk tidak tinggal ditempat itu. Entah mengapa. Tapi bukan itu yg membuatku
bergidik takut.
Di bagian atas pagar rumah itu, ada
sebuah hiasan botol yg sedikit mirip dengan botol tempat tinggal jin di film Jin
dan Jun. Konon kabarnya itu adalah tempat tinggal jin juga. Untungnya pohon
kersen itu ada di ujung bagian depan rumah, jadi kami tak perlu berdekatan
dengan pintu gerbang.
Mas Danar mengawali naik melewati
pagar yang membatasi halaman dengan jalan. Diikuti Mas Nur dan kemudian Riyan.
Para anak perempuan hanya menunggu di luar pagar karena kami tidak berani
melewati pagar yang cukup runcing walaupun tidak terlalu tinggi. Sambil
menunggu kami menyoraki mereka layaknya suporter sepak bola dan berbisik-bisik
menunjukkan buah yang ingin dipetik pada tiga anak laki-laki itu. Kami tak
berani berteriak karena kabarnya itu akan mengganggu jin yang beristirahat di
sana.
"Itu buahnya udah mateng Yan!"
tunjukku pada sebuah buah kersen yg sudah merah. Riyan melihat buah yang
kutunjuk lalu berusaha mengambilkannya. Mas Danar dan Mas Nur sudah mendapat
buah yang banyak. Riyan juga sudah lumayan. Mereka akhirnya memutuskan untuk
menyudahi perburuan itu.
Mereka dengan santai turun dari
pohon tanpa takut kepergok pemilik rumah. Aku dan Dina menunggu dengan riang
gembira. Membayangkan setelah mereka melompati pagar runcing itu kami juga akan
bisa mencicipi buah lezat itu.
Mas Danar menaiki pagar itu
duluan disusul Mas Nur dan kemudian Riyan.
Kreeeek!! Tiba-tiba terdengar
suara sobek di atas pagar. Kami melihat Riyan masih bertahan di atas pagar
dengan muka pucat. Mas Danar langsung membantu Riyan turun sambil memegangi
tangannya. Riyan tampak kesal sekaligus malu sambil menutupi pantatnya. Ia
kemudian langsung lari meninggalkan kami yang terheran-heran.
Tapi tunggu dulu.., aku melihat
sesuatu pada celana Riyan. Sebuah lubang besar menganga lebar di celana
pendeknya di bagian belakang. Bwahahahaha… kami semua tertawa terbahak-bahak.
Rupanya celana Riyan tadi tersangkut
di pagar runcing itu. Dia memakai celana pantai yang memang sangat longgar dan
juga terbuat dari kain yang tipis. Pantas saja mudah sobek. Hahahaha
3 coretan:
haha, yang ini kenapa diceritain mbak :D
dira
lucu sih.. kalo inget kjdan itu ngakak abis..
haha,gapapa nih dishare :P
dira
Posting Komentar