Semangat Pagi!!!
Udah lama nih nggak mengulas tentang buku. Sebenarnya akhir-akhir ini ooppie banyak buku baru yang bisa jadi referensi untuk dibaca.
Untuk buku kali ini, merupakan kisah perjalanan penulisnya mengelilingi bumi Eropa. Perjalanan ini tidak sekedar melihat panorama Eropa yang eksotis tetapi juga mengungkap rahasia dibalik Eropa yang tak semua orang mengetahuinya.
99 Cahaya di Langit
Eropa
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Penulis :
Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra
Kategori :
Novel Islami
Tebal :
412 Halaman
Harga :
Rp 69.000,00
Berawal dari seorang Kara Mustafa
Pasha yang mencoba menaklukkan bumi Austria. Pada 12 September 1683 Ia
melakukan ekspansi di Kota Wina. Setelah mengepungnya beberapa waktu, Ia dan
pasukannya mulai melakukan perang terbuka, tetapi ternyata saat itu tentara
Wina sudah memiliki bala bantuan dari Polandia dan Jerman.
Alur cerita mulai meninggalkan masa
lampau dan menuju masa sekarang. Tahun 2002 bulan Maret, Hanum menginjakkan
kaki di bumi Eropa, ia mengikuti jejak suaminya –Rangga-- yang lebih dulu tinggal di kota itu dalam
rangka menuntut ilmu. Hanum mengikuti kelas Jerman untuk mempermudah dirinya
dalam berkomunikasi dengan penduduk sekitar. Di kelas tersebut, Ia bertemu dengan
sosok yang ramah dan murah senyum. Sosok itu juga yang paling mencolok diantara
yang lain, ia merupakan seorang muslim yang berjilbab. Hal yang sangat jarang
terlihat di Wina dengan muslim sebagai minoritas. Namanya Fatma, dia seorang
warga Turki yang mencoba bertahan hidup di Wina.
Fatma senang sekali berkenalan
dengan Hanum. Ia mengajak Hanum yang baru saja tinggal di Wina untuk
berjalan-jalan mengenal kota Wina lebih dalam. Kunjungan pertama mereka ke
lereng Kahlenberg. Pemandangan kota Wina terhampar jelas dari bukit itu. Ketika
mereka berada di kafe untuk menghangatkan diri, Hanum mendengar 3 turis sedang
membicarakan roti croissant yang mereka makan dan menyangkut pautkannya dengan
kekalahan Islam. Hanum menceritakan apa yang para turis itu bicarakan pada
Fatma. Mereka hendak membalas para turis itu karena telah menjelek-jelekkan
Islam. Tetapi Fatma memiliki cara lain dalam hal membalas mereka, Fatma
membayari makanan yang dimakan oleh para turis itu dan mengirimkan pesan kepada
mereka. Pesan itu singkat tapi cukup
membuat Hanum terpana, hanya sebuah kalimat berupa hi I’m Fatma, a moeslem from Turkey lalu Ia menulis alamat
emailnya. Sebuah cara jitu dalam memulai perkenalan tanpa ada konflik. Fatma
menceritakan alasannya membawa Hanum ke lereng Kahlenberg. Tempat itu merupakan
saksi bisu kekalahan muslim pada jaman dahulu. Pasukan Turki yang sudah
mengepung Kota Wina dipukul mundur oleh pasukan Jerman dan Polandia dari atas
bukit itu. Saat itu Hanum berasumsi mungkin saja turis itu benar, roti
croissant merupakan symbol kekalahan Islam.
Hanum memiliki seorang tour gaide handal
yang bisa membawanya mengenal kota Wina dari berbagai sudut. Fatma dengan
senang hati selalu menemani Hanum mengelilingi kota Wina. Banyak pengetahuan tentang
Islam yang diketahui oleh Hanum yang tidak ada dalam buku panduan kota Wina,
hal itu membuka cakrawala Hanum terhadap Islam. Contoh saja sebuah restoran
Pakistan yang menganut slogan ‘All You Can Eat, Pay as You Wish’. Restoran itu
menerapkan konsep Ikhlas memberi dan menerima, Take and Give. Itu merupakan ajaran Islam yang mendasar mengenai
berderma dan berzakat untuk membersihkan diri.
Keajaiban kota Paris yang tidak
hanya memunculkan menara Eiffel sebagai icon. Tetapi Paris juga memiliki sisi
menakjubkan lainnya. Kita akan dibawa dalam sebuah fakta yang mencengangkan
yang akan bisa membuat kita takjub akan kekuatan Islam.
Buku ini tak hanya menceritakan
perjalanan Hanum di kota Wina melainkan juga kota Paris, Cordoba, Granada, dan
Istanbul. Di situ Ia menemukan berbagai keajaiban yang membuktikan kepopuleran
Islam di masa lampau. Sebuah kisah perjalanan yang menakjubkan dan akan membawa
kita ke dunia Islam di masa lalu. Mengingatkan kita akan Islam yang pernah berjaya
di Eropa dan suatu saat akan kembali berjaya di dunia.
Endorsement
“Buku ini
berhasil memaparkan secara menarik betapa pertautan Islam di Eropa sudah
berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Cara menyampaikannya
sangat jelas, ringat, rumit, dan lancar mengalir. Selamat!”
(M.Amien
Rais – Ayahanda Penulis)
“Pengalaman
Hanum sebagai jurnalis membuat novel perjalanan sekaligus sejarah ini mengalir
lincah dan indah. Kehidupannya di luar negeri dan interaksinya dengan realitas
sekulerisme membuatnya mampu bertutur dan berpikir ‘out of the box’ tanpa mengurangi esensi Islam sebagai rahmatan lin alamin”
(Najwa
Shihab – Jurnalis dan Host Program Mata Najwa Metro TV)
“Hanum mampu
merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa beberapa abad lalu. Lebih
jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa
sering ditempatkan dalam stigma ‘berhadapan’ sudah saat saat ditempatkan dalam
kerangka stigma ‘saling menguatkan’.
(Anis
Baswedan – Rektor Universitas Paramadina dan ketua Indonesia Mengajar)
0 coretan:
Posting Komentar