“Siaaaaaaaapp
graaak!!!” teriak mereka hampir bersamaan. Kami semua segera menyiapkan diri
dalam barisan. “Yang tinggi di belakang!” ucap senior lagi dengan wajah sangar.
Tak urung kami belingsatan menemukan
posisi yang tepat untuk baris. Yang merasa tinggi langsung ke belakang, yang
merasa pendek di depan. Tetapi itu tak berjalan mulus karena ada yang pendek
tapi tidak mau depan sedangkan yang tinggi inginnya di depan. Kalau aku baris
di bagian lumayan depan, karena aku termasuk orang yang ingin di depan tak
mempedulikan tinggi badan.
Senior di depanku sedikit melotot
padaku karena aku tidak mau baris di belakang. Tapi aku cuek saja dengan
seniorku itu, toh hanya mata yang melotot bukan mulut yang berkicau. Haha
Sebenarnya aku bukan termasuk orang
yang rapi dalam berbaris. Selalu saja bergerak sana-sini tak peduli dengan yang
lain. Kalau bosan mengajak bicara teman sebelah sampai pernah dimarahi
gara-gara terlalu berisik.
“Siaaaaaaaapp graaak!!” kali ini
suara senior yang ada di depan lapangan. Ia yang tadi membunyikan megaphone. Tampilannya
seperti senior yang lain, memakai baju hitam-hitam dengan celana warna hitam.
Tak lupa topi yang Ia pakai pun berwarna hitam. Sekilas aku merasa Ia seperti
anak punk yang biasanya serba tak rapi dan dekil, tapi wajahnya terlalu bersih
untuk tuduhan itu padanya. Ia sedang berkicau tentang perkenalan.
“Sebelum kalian menjalani agenda
ospek tanggal 18 Agustus. Besok kalian akan melaksanakan upacara 17 Agustus di
lapangan FIK. Nantinya sebelum berangkat kalian akan berkumpul di FBS dengan
atribut yang sama seperti ini. Mengerti kalian semuaaaa?” ucapnya dengan
lantang.
“Mengertiiiiii..,” jawab kami
kompak.
“Baiklah setelah ini kalian akan
dikumpulkan per kelompok dan nanti kalian akan dibawa oleh senior masing-masing
ke suatu tempat. Dari saya cukup sekian, Wassalamu’alaikum”
Semuanya bertanya-tanya apa agenda
selanjutnya. Tetapi tidak ada yang tahu karena tidak ada pemberitahuan sama
sekali mengenai agenda ospek. Satu persatu tiap kelompok dipersilahkan
meninggalkan lapangan. Malangnya kelompokku menjadi bagian kedua terakhir yang
meninggalkan lapangan. Suasananya sudah sangat panas.
Kelompok Setaria berjalan menuju sebuah
bangunan. Bangunan itu belakangan aku tahu adalah gedung B6. Tempat itu
merupakan gedung pertunjukan dengan panggung di dalamnya. Ruangannya cukup
luas. Bisa menampung kami semua para maba. Tetapi gedung itu sekarang tertutup.
Kami tidak masuk ke dalamnya melainkan hanya berada di samping gedung B6 yang
lebih teduh.
Kami dibariskan masih berdasarkan
tinggi. Setelah rapi kami dipersilahkan untuk duduk. Tiap kelompok ada dua
senior. Yang satu sebagai senior utama dan yang satu senior bantuan, anggap aja
seperti itu. Hehehe
“Baiklah temen-temen semua, ada yang
udah kenal saya?” tanya senior utama dengan senyuman. Akhirnya senior itu bisa
tersenyum juga. Rupanya tadi hanya acting. Biasalah.., sepertinya ini sering
terjadi di berbagai tempat saat awal masuk sebuah lembaga.
Kami tak ada yang menjawab
pertanyaan itu satupun.
“Nama kakak Inasaningtyas. Kalian
bisa memanggil mbak Inas atau mbak Tyas,”
“Kalau mbak Yayas?” celutuk seorang
anak lelaki.
“NO!! Kalau itu!” ucap Mbak Inas
keras tetapi tidak marah.
“Waaah.. berarti itu panggilan kesukaan
dong.. Halo Mbak Yayas,” anak itu malah semakin ingin menggoda Mbak Inas. Semua
anak menertawakan kejadian itu.
“Ssst.. sudah ah. Sekarang kita
perkenalan satu persatu. Berhubung kita akan selalu bersama dalam tiga hari,
maka semuanya harus saling mengenal satu persatu. Tadi kan Mbak Inas sudah
perkenalan, sekarang gantian rekan mbak terus dilanjutkan kalian yaa..”
Meluncurlah satu persatu guliran
nama 35 anak yang tergabung dalam Setaria. Aku sendiri tak mengingatnya sama
sekali. Maklumlah aku bukan pemilik ingatan fotografis yang bisa menghafalkan
semua nama dalam sekali pertemuan. Butuh waktu dan pertemuan intens yang akan
bisa membuatku hafal nama mereka :D
Bayangan
kelam lantaran hati sendu gelisah. Baru saja perjuangan ini dimulai. Benteng pertahanan
tak mampu lagi membendung serbuan tentara ababil sejak masa lalu. Benteng itu
mulai roboh bersamaan dengan meletupnya semangat asa impian.
Baru
saja ya baru saja…
1 coretan:
Kalau saya dulu, 'no smile from senior'... Semuanya dibuat seolah-olah 'nggak akting.'
Posting Komentar