Pages

Kamis, 10 Mei 2012

[CERBUNG] Takdir Abal-Abal Episode 1

Takdir itu sudah terpatri sejak usia 4 bulan dalam kandungan. Kelahiran, rezeki, jodoh, mati, dan semuanya ada di tangan Allah.
Belajar dari sebuah peristiwa mengejutkan yang tak akan pernah terlupakan. Belajar dari kejutan kejadian yang membuat semua tervonis tak berangan. Menghilang dan terluka menjadi sebuah asa yang terjadi dalam keputusasaan.

Matahari mulai mengeluarkan auranya. Pukul 12 siang sinarnya terik menjalari tubuh setiap orang yang berada di luar. Payung tak lagi mempan melindungi dari serangan panasnya. Orang-orang lebih suka berlindung ditempat teduh atau tak keluar rumah sama sekali.

Serangan itu datang lagi. Tubuh ini mulai tak sanggup menghadapi terik mentari yang hingar bingar tak bisa dihindari. Perjalanan masih panjang dengan mobil bak terbuka dipenuhi orang-orang yang mengenalkan budaya tari Dieng.


Aku ingin menangis menahan rasa sakit itu. Persendian kaki mulai kaku, kaki ini mulai tak menopang tubuh. Terik matahari menambah proses perjalanan rasa sakit kepalaku. Dalam deru mobil aku terdiam membisu.
Hentikan!!! Teriakku dalam hati. Aku ingin mengakhiri perjalanan ini. Aku ingin istirahat tertidur dan menghilangkan rasa sakit yang mencengkram kakiku. Aku ingin terduduk dan berteduh mengembalikan staminaku. Tapi perjalanan masih panjang, aku harus bertahan.

***

Aaah… segarnya..
Aku keluar dari kamar mandi dengan kalung handuk di leher. Dinginnya air yang baru saja membasahi seluruh tubuhku membuat pikiran penatku ikut menguap bersama aroma kurang sedap bau badanku. Rasanya ingin kembali masuk dan mengguyur lagi seluruh badan, kegiatan itu tak akan berhenti jika …

“Opi!!!!” Ups.. Ibuku sudah berteriak tanda aku harus segera bergegas menghindari kamar mandi. Senja memang sudah merambah langit-langit, matahari sudah lama meninggalkan peraduannya. Dari kejauhan suara iqomah maghrib terdengar sayup-sayup. Ibu paling tak suka melihatku mandi saat waktu maghrib. Selain waktunya orang rumah berwudhu mandi saat maghrib juga tak baik untuk kesehatan. Ah! Masa bodoh, yang penting aku lebih segar setelah mandi. Hahaha…

“Selalu saja mandi jam segini, tadi ngapain aja sih?!” seru Ibuku saat aku keluar dari kamar mandi.

“Tadikan sibuk Bu..,” jawabku sekenanya. Aku berjalan menuju lemari mengambil mukena. Ibuku masih mengikuti jejakku.

“Selalu saja seperti ini, sibuk apanya?! Cuma duduk di depan komputer sambil nonton drama. Kayak gitu dibilang sibuk?”

“Ayolah Bu.. Ini kan cuma masalah mandi, ngapain dibesar-besarin. Lagian mau sholat maghrib dulu nii.. Waktunya kan udah mefet..”

“Lah? Kamu sendiri yang buat waktunya mepet. Kenapa nggak mandi sore tadi. Malah waktunya maghrib dibuat mandi.”

“Iya deh bu iya .. Besok-besok mandi sore,” gerutuku. Aku pergi meninggalkan Ibu yang hanya bisa geleng-geleng melihat tingkahku.
Ah seperti itu saja dipermasalahkan, lagian daripada nggak mandi sama sekali mendingkan ya mandi pas maghrib. Ibu aneh-aneh aja ih gitu aja diributin.

Selesai sholat maghrib aku terduduk di pinggir kasur. Kulihat tasku yang sudah penuh dengan beberapa pakaian dan barang. Hmm.., besok aku mau pergi seminggu. Lumayanlah setidaknya terbebas dari omelan Ibu selama seminggu. Hihihi. Kayak apa ya besok? Kampus baru, suasana baru, kos baru, teman baru. Apa nanti aku bisa beradaptasi? Atau jangan-jangan aku nggak betah di sana? Ah sebenarnya seperti apa sih dunia kampus?

Lamunanku tiba-tiba saja buyar. Ibu masuk kamarku tanpa permisi

“Lagi-lagi Ibu masuk kamarku tanpa permisi,” gerutuku dalam hati.

“Sudah selesai sholatnya?” tanya Ibu lembut, aku hanya mengangguk. “Mandi maghrib itu selain waktunya mepet juga nggak baik buat kesehatan. Kamu sendirikan yang pernah kasih tahu Ibu kalau itu bisa bikin rematik atau komplikasi penyakit lain.” kata Ibu pelan.

Aku hanya mengangguk diam. Lagi-lagi itu yang dibahas, nggak ada bahasan lain apa?

Tiba-tiba aku punya ide. “Bu, besok aku berangkat ke kos. Lusa kan udah ospek, kira-kira apa ya Bu yang akan dilakukan ospek nanti? Dulu Ibu waktu ospek kayak gimana?”
Lalu mengalirlah kisah jadul saat masa Ibu kuliah dan terlupakanlah masalah mandi maghrib yang aku sendiri memang sudah tak peduli. Hahaha

2 coretan:

Falzart Plain mengatakan...

baru baca episode 1, tunggu saya lanjut ke episode selanjutnya

Zakososa Blogspot mengatakan...

subhanallah,,
saya sedang bingung menghadapi permasalahan ini,,
samping kanann bilang takdir jodoh itu haqqullah,,
samping kiri bilang kamu masih percaya kan sama jodoh itu haqqullah,,
di depan bilang ikhtiyar tidak ada salahnya, ikuti apa kata hatimu, untuk hasil kita akan tahu nanti,,
di belakang bilang masa menyerah sih, ingat kan dengan firman Allah yang menyatakan bahwa Allah tidak akan merubah hamba-Nya kecuali hamba itu sendiri yang merubahnya..
huuufth,,
ingin berjuang tanpa orang tua tidak mantap
ingin berjuang dengan orang tua, orang tua sudah kepalang kesal, ingin kepastian terlebih dahulu
selain itu juga pihak orang tua dia sudah seperti kesurupan ingin menjodohkan dia
sedangkan dikarenakan saya tidak ada pergerakan, dia sudah mulai menyayangi orang yang ditujuk orang tua dia..
hati sudah tidak karuan,,
aku ingin berjodoh dengan dia, apakah Allah akan mengabulkan jika aku hanya berdo’a tanpa berbuat banyak. Aku tidak bisa berbuat banyak dikarenakan tidak ada dukungan terutama dari orang tua saya..
Intinya sekarang saya sudah berdiri sendiri tanpa teman demi mencapai satu tujuan.. akankah permohonanku ini tercapai.. Ya Allah, hamba mohon dengan sangat ya Allah.. jodohkanlah hamba dengan dia.. al-Faatihkah,,,

Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencang dan IritJupiter Z1
PegiPegi.Com : Booking Hotel Murah & Mudah di Indonesia

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...