Keesokan harinya aku bersama Sasa -- kawanku sejak masa sekolah –
pergi ke kos. Sebenarnya Aku belum menentukan akan kos atau tidak di
perguruan tinggi yang baru itu, karena sebenarnya aku akan laju dari
rumah budhe yang berjarak hanya 30 menit perjalanan dengan motor.
Tetapi ternyata Sasa mengajakku untuk ngekos
sementara selama masa ospek berlangsung. Kosnya sedikit unik, karena
disitu tak hanya sekedar sebagai tempat tinggal tetapi juga tempat
pembentukan akhlak. Hmm.., maksudnya begini kos itu memiliki berbagai
program keislaman, jadi yang kos di situ nggak sia-sia cuma numpang
tidur tapi juga bisa nambah ilmu agama. Selain itu bentuknya juga tidak
seperti kosan biasa yang setiap orang bisa berlalu lalang masuk. Kosnya
dalam bentuk satu rumah hunian, sehingga lebih terbebas dalam melakukan
aktifitas.
Sampai di tempat kosan, tempat itu sepi tak ada orang. Aku dan Sasa bengong menunggu di depan kos.
Untung
saja aku bersama Sasa, Ia kawanku sejak masa kelas 1 SD. Kami selalu
bangga ketika membicarakan hal itu pada semua orang. Sebenarnya Ia
memiliki nama asli Arissa Ayundiya, tetapi aku lebih suka memanggilnya
Sasa lebih mudah saja diucapkan, sejak aku mengganti namanya itu
orang-orang juga mengikuti jejakku memanggilnya Sasa. Pernah Sasa
memprotes karena namanya sudah kuganti, Ia menuntut haknya untuk
diadakan syukuran atas bergantinya nama panggilan miliknya. Aku
menyanggupi permintaan Sasa -- saat itu masa SMA -- kubawa Ia ke sebuah
restoran kelas menengah, tak lupa aku juga mengajak sahabat-sahabat kami
untuk merayakannya bersama. Kami sudah memesan makanan sesuai selera
masing-masing. Tiba-tiba aku mendapat telepon dari kawanku, memintaku
untuk segera datang ke rumahnya. Langsung saja aku berpamitan pada tanpa
sempat menyentuh makananku. Semua rekanku mengiyakan hanya Sasa yang
bengong melihat kepergianku.
“Lalu siapa yang membayar semua
makanan ini?” tanya Sasa pada semua orang. Semuanya terdiam menghentikan
makanan. Tepat saat itu aku tertawa terbahak-bahak di balik pintu
keluar restoran. Hahaha…
Siluet itu muncul begitu saja,
jangan sampai Sasa menyadari diriku yang sedang membayangkan kembali
peristiwa tersebut. Jika Ia tahu, terpaksalah aku menghabiskan satu
hariku dengan omelan panjang pendek Sasa yang kesal karena Ia harus
membayar semua makanan yang sudah dipesan kala itu.
Cukup lama kami menunggu seseorang membukakan pintu. Tetapi belum juga ada tanda pintu dibukakakan.
“Benerkan kosnya yang ini?” tanyaku pada Sasa.
“Nggak
tahu, kan aku belum pernah ke sini, tapi kayaknya sih iya,” jawab Sasa.
Ia mencoba menghubungi teman yang baru saja Ia kenal sebagai tuan rumah
melalui sms dihari sebelumnya.
Setelah menunggu beberapa
saat, akhirnya ada rombongan para akhwat yang mendekat ke kos. Aku dan
Sasa hanya saling pandang tak mengenali satu pun orang yang ada. Aku
sempat khawatir bagaimana beradaptasi, karena sepertinya mereka sangat
serius terhadap kami. Jangan-jangan satu minggu dihabiskan dengan saling pandang? Aaaaa tidaaaaak!!
“Assalamu’alaikum, mbak maaf kami yang mau nginap di sini,” kata Sasa sopan mengawali pertemuan. Aku hanya diam saja.
“Wa’alaikummussalam,
oh iya ayo masuk. Maaf ya nunggu lama tadi kami habis ada acara,” kata
salah satu orang yang belakangan aku tahu namanya mbak Nana. Ia
mengambil kunci yang berada di rak sepatu lalu kami semua masuk ke dalam
kos.
Di dalam kos ada 5 kamar yang tiap kamarnya dihuni
oleh 2 orang. Kami diperbolehkan menginap sementara karena beberapa dari
penghuni kos ada yang pulang kampung, sehingga beberapa kamar kosong.
Saat ini yang menghuni di kos ada 7 orang.
Aku dan Sasa
menunggu di ruang tamu dengan barang yang berjubel banyaknya. Kami tidak
berani masuk lebih dalam karena merasa kurang sopan. Lagipula
sepertinya kami sedang dicarikan kamar untuk tempat tinggal.
Seseorang
mengajakku ke belakang dan mempersilahkan barang-barangku diletakkan
dikamar tersebut. Aku sekamar dengan Dina, kebetulan Ia mengambil
jurusan seni rupa. Sasa ada di kamar paling depan, kebetulan sekali
mereka satu jurusan. Kami masih saling canggung satu sama lain. Agak
kecewa juga karena tidak sekamar dengan Sasa, jadi aku harus beradaptasi
lagi dengan teman sekamarku.
Bagaimana ini? Kenapa saling diam seperti ini?
Kamis, 10 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 coretan:
belum ada bayangan kenapa dan apa yang terjadi... Jadi, ini ngekos di tempat yang gimana ya? Lanjut ah.
Posting Komentar